3 Alasan Sederhana Perempuan Lebih di Pilih Menjadi Sarana Iklan
Selasa, 13 Maret 2018
Add Comment
Jika diperhatikan
sebagian besar iklan menggunakan perempuan sebagai modelnya, mungkin hampir 90%
periklanan menggunakan wanita sebagai model iklan yang ada di TV, Internet,
radio, majalah, koran, billboard, spanduk.
Ada beberapa alasan menjadikan perempuan sebagai model dalam iklan,
antara lain karena sosok perempuan dibutuhkan untuk memperkuat daya jual dari
sebuah produk, perempuan dijadikan wahana promosi barang-barang produksi dan
produsen, dan karena erotisme tubuh perempuan bisa dijadikan stoping power.
Stoping power adalah sebuah ”kekuatan” yang digunakan agar orang memperhatikan
iklan yang ada di TV, Internet, radio, majalah, koran, billboard, spanduk, dan
lain sebagainya. ”Kekuatan” itu bisa berupa suara, warna, lighting, maupun
model iklan.
Baca juga:
3 Alasan Sederhana Kenapa Perempuan Lebih di Pilih Menjadi Saran Iklan
Pertama, perempuan mempuyai peran vital dalam kehidupan ini. Perempuan pada umumnya dianggap sebagai pengasuh rumah tangga, meskipun ia mempunyai karir, tetap saja ia dianggap sebagai orang pertama yang harus mengatur segala sesuatu di rumah dapat berjalan dengan baik, tanpa mengabaikan kesehatan, tanpa menyebabkan anggota keluarganya merasa bosan dengan menu makanan dan harus selalu tampil menarik untuk menyenangkan hati suami. Jadi pakaian diri sendiri, menu makanan dan anak-anak harus diperhatikan sedangkan rumah harus selalu bersih dan rapi. Ia harus mengetahui tentang penemuan-penemuan mutakhir, terutama mengenai obat-obat yang dapat menyembuhkan batuk dalam sekejap, bisa menghilangkan bau badan, membuat badan menjadi ramping dan sintal dan masih banyak lagi yang harus ia pahami. Banyak rubrik-rubrik tentang resep-resep masakan, pendidikan, psikologi, keluarga, kecantikan, mode pakaian, cerita-cerita pendek dan bersambung, profil seorang tokoh, iklan-iklan yang menawarkan berbagai produk yang diperuntukkan bagi kaum hawa dan tidak ketinggalan berita-berita yang berisikan gosip-gosip murahan yang bisa menjadi bumbu-bumbu pembicaraan bagi kaum ibu pada acara-acara arisan atau pengisi waktu luang.
Pertama, perempuan mempuyai peran vital dalam kehidupan ini. Perempuan pada umumnya dianggap sebagai pengasuh rumah tangga, meskipun ia mempunyai karir, tetap saja ia dianggap sebagai orang pertama yang harus mengatur segala sesuatu di rumah dapat berjalan dengan baik, tanpa mengabaikan kesehatan, tanpa menyebabkan anggota keluarganya merasa bosan dengan menu makanan dan harus selalu tampil menarik untuk menyenangkan hati suami. Jadi pakaian diri sendiri, menu makanan dan anak-anak harus diperhatikan sedangkan rumah harus selalu bersih dan rapi. Ia harus mengetahui tentang penemuan-penemuan mutakhir, terutama mengenai obat-obat yang dapat menyembuhkan batuk dalam sekejap, bisa menghilangkan bau badan, membuat badan menjadi ramping dan sintal dan masih banyak lagi yang harus ia pahami. Banyak rubrik-rubrik tentang resep-resep masakan, pendidikan, psikologi, keluarga, kecantikan, mode pakaian, cerita-cerita pendek dan bersambung, profil seorang tokoh, iklan-iklan yang menawarkan berbagai produk yang diperuntukkan bagi kaum hawa dan tidak ketinggalan berita-berita yang berisikan gosip-gosip murahan yang bisa menjadi bumbu-bumbu pembicaraan bagi kaum ibu pada acara-acara arisan atau pengisi waktu luang.
Baja juga:
Kedua, Iklan Indonesia
banyak yang mengukuhkan stereotype perempuan. Mulai dari stereotype yang
positif, seperti lembut, sabar hingga stereotype yang negatif seperti
iklan-iklan yang menggambarkan perempuan yang kental dengan tugas rumah semata,
bahkan sebagai simbol seks. Iklan jarang menampilkan perempuan sebagai sosok
pemberi pendapat, pemimpin yang mengambil keputusan, atau pemberi nafkah pada
suami. Tubuh perempuan sering tampil
sebagai model untuk iklan kosmetik, pelangsing badan, lotion (krim), shampoo,
parfum, baik untuk pria maupun wanita. Selain itu tubuh perempuan sering tampil
sebagai simbol kenikmatan minuman, keindahan produk furnitur, keanggunan dan
kelincahan. Seperti contoh image pada iklan sabun cuci yang seolah ingin
mengatakan bahwa yang bisa mencuci bersih adalah perempuan, dan serangkaian
iklan yang menampilkan sosok perempuan untuk pekerjaan di dapur dan merawat
anak- anak.
Dilansir dari Kompasiana
" Perempuan Sebagai Objek dalam Dunia Iklan", iklan parfume, sabun
atau handbody dan produk bayi. Dalam iklan parfume, sabun dan handbody terdapat
ketidakadilan gender dalam bentuk stereotype. Dimana terjadinya pelabelan
negatif bagi kaum perempuan. Dalam iklan parfume, seolah – olah perempuan
selalu tergila – gila oleh laki – laki yang hanya wangi dan bahkan sampai mengejarnya.
Ini menunjukan bahwa perempuan memiliki harga diri yang rendah dan menyepelekan
perempuan, karena dengan wewangian saja, perempuan sudah bisa tergila – gila.
Dalam iklan sabun atau handbody, perempuan dijadikan komoditas utama dimana
sebagian besar produk ditujukan bagi kaum perempuan dan membelikan pelabelan
negatif tentang perempuan yang ribet dengan dunia perempuannya. Padahal,
perawatan bagi tubuh sama – sama dilakukan oleh kaum perempuan maupun laki –
laki.
Baca juga:
Lain halnya dalam iklan
produk bayi yang hanya mempergunakan perempuan sebagai objeknya. Dalam kasus
ini terjadi ketidakadilan gender bentuk subordinasi, konstruk masyarakat yang
telah memisahkan dan memilah – milah peranan gender antara laki – laki dan
perempuan. Perempuan dianggap bertanggung jawab dan memiliki peran dalam urusan
domestik atau reproduksi, sementara laki – laki dalam urusan publik atau
produksi. Iklan dalam produk bayi sebagian besar menunjukan bahwa perempuanlah
yang hanya memiliki tanggung jawab atas merawat anak, menjadikan merawat anak
adalah sebuah kodrat untuk perempuan bukan untuk tanggung jawab bersama antara
perempuan (ibu) dan laki – laki (ayah).
Ketiga, tubuh perempuan
telah dieksploitasi dalam iklan, tetapi kita sering tidak menyadari hal itu.
Mary Douglas melihat sistem tubuh sebagai suatu sistem simbol. Ia mengatakan
“sebagaimana segala sesuatu melambangkan tubuh, demikian tubuh juga adalah
simbol bagi segala sesuatu.” Ia membagi tubuh menjadi dua, yaitu the self
(individual body) dan the society (the body politics). The body politics
membentuk bagaimana tubuh itu secara fisik dirasakan. Pengalaman fisik dari
tubuh selalu dimodifikasi oleh kategori-kategori sosial yang sudah diketahui
yang terdiri dari pandangan tertentu dari masyarakat. Ada pendapat lain yang mengatakan
hal yang sama, yaitu pendapat dari Mike Featherstone yang mengelompokkan
pembentukan tubuh atas dua kategori, yaitu “tubuh dalam” dan “tubuh luar”. Yang
pertama berpusat pada pembentukan tubuh untuk kepentingan kesehatan dan fungsi
maksimal tubuh dalam hubungannya dengan proses penuaan, sementara yang kedua
berpusat pada tubuh dalam hubungannya dengan ruang sosial.
Dari pendapat Mary
Douglas dan Mike Featherstone di atas, ada “sebagian” tubuh perempuan yang
diperuntukkan bagi publik, dan tubuh itu dibentuk berdasarkan kategori-kategori
yang telah ada dan nantinya akan mendapatkan pandangan atau penilaian dari
masyarakat. Seperti halnya sekarang, perempuan berusaha membentuk tubuhnya
menjadi bentuk yang ideal, yaitu langsing, bukan gemuk. Karena ada
kategori-kategori yang secara tidak langsung telah ditetapkan dalam masyarakat
yang terpengaruh media massa, pembentukan tubuh dan citra ideal itu telah
menjadi suatu histeria massa. Para perempuan bersama-sama, berlomba-lomba
membentuk tubuhnya agar bisa dikatakan ideal. Kapitalis membuat dan
memanfaatkan hal ini dengan baik, produk-produk dan citra ideal perempuan
cantik yang ditawarkan lewat iklan laris dikonsumsi orang. Tubuh telah menjadi
sebuah simbol, tubuh yang langsing, rambut yang hitam, kulit yang putih mulus
adalah simbol kecantikan seorang perempuan.
Baca Juga:
Dapat dilihat bahwa
parameter keterkaitan media dan perempuan begitu erat. Media tentu merupakan
pihak yang sangat berkepentingan terhadap pengeksposan perempuan untuk bisa di
konsumsi khalayak. Jadi eksploitasi seksualitas perempuan dalam iklan komersial
merupakan strategi ilusi dan manipulasi yang ditujukan pada khalayak agar
tergerak membeli sebuah produk.
0 Response to "3 Alasan Sederhana Perempuan Lebih di Pilih Menjadi Sarana Iklan"
Posting Komentar