-->

3 Alasan Sederhana Perempuan Lebih di Pilih Menjadi Sarana Iklan


Jika diperhatikan sebagian besar iklan menggunakan perempuan sebagai modelnya, mungkin hampir 90% periklanan menggunakan wanita sebagai model iklan yang ada di TV, Internet, radio, majalah, koran, billboard, spanduk.  Ada beberapa alasan menjadikan perempuan sebagai model dalam iklan, antara lain karena sosok perempuan dibutuhkan untuk memperkuat daya jual dari sebuah produk, perempuan dijadikan wahana promosi barang-barang produksi dan produsen, dan karena erotisme tubuh perempuan bisa dijadikan stoping power. Stoping power adalah sebuah ”kekuatan” yang digunakan agar orang memperhatikan iklan yang ada di TV, Internet, radio, majalah, koran, billboard, spanduk, dan lain sebagainya. ”Kekuatan” itu bisa berupa suara, warna, lighting, maupun model iklan.
Baca juga:



3 Alasan Sederhana Kenapa Perempuan Lebih di Pilih Menjadi Saran Iklan
Pertama, perempuan mempuyai peran vital dalam kehidupan ini. Perempuan  pada umumnya  dianggap sebagai  pengasuh  rumah  tangga,  meskipun  ia  mempunyai  karir, tetap  saja  ia dianggap  sebagai  orang  pertama  yang  harus  mengatur  segala  sesuatu  di rumah  dapat berjalan dengan baik, tanpa mengabaikan kesehatan, tanpa menyebabkan anggota keluarganya merasa bosan dengan menu makanan dan harus selalu tampil menarik untuk menyenangkan hati suami. Jadi pakaian diri sendiri, menu makanan dan anak-anak harus diperhatikan sedangkan rumah harus selalu bersih dan rapi. Ia harus mengetahui tentang penemuan-penemuan  mutakhir, terutama mengenai obat-obat  yang  dapat  menyembuhkan  batuk  dalam  sekejap,  bisa  menghilangkan  bau badan, membuat badan menjadi ramping dan sintal dan masih banyak lagi yang harus ia pahami. Banyak rubrik-rubrik tentang resep-resep masakan, pendidikan, psikologi, keluarga, kecantikan, mode pakaian, cerita-cerita pendek dan bersambung, profil seorang tokoh, iklan-iklan  yang menawarkan  berbagai  produk yang diperuntukkan  bagi kaum hawa dan tidak ketinggalan berita-berita yang berisikan gosip-gosip murahan yang bisa menjadi bumbu-bumbu pembicaraan bagi kaum ibu pada acara-acara arisan atau pengisi waktu luang. 
Baja juga:



Kedua, Iklan Indonesia banyak yang mengukuhkan stereotype perempuan. Mulai dari stereotype yang positif, seperti lembut, sabar hingga stereotype yang negatif seperti iklan-iklan yang menggambarkan perempuan yang kental dengan tugas rumah semata, bahkan sebagai simbol seks. Iklan jarang menampilkan perempuan sebagai sosok pemberi pendapat, pemimpin yang mengambil keputusan, atau pemberi nafkah pada suami.  Tubuh perempuan sering tampil sebagai model untuk iklan kosmetik, pelangsing badan, lotion (krim), shampoo, parfum, baik untuk pria maupun wanita. Selain itu tubuh perempuan sering tampil sebagai simbol kenikmatan minuman, keindahan produk furnitur, keanggunan dan kelincahan. Seperti contoh image pada iklan sabun cuci yang seolah ingin mengatakan bahwa yang bisa mencuci bersih adalah perempuan, dan serangkaian iklan yang menampilkan sosok perempuan untuk pekerjaan di dapur dan merawat anak- anak.

Dilansir dari Kompasiana " Perempuan Sebagai Objek dalam Dunia Iklan", iklan parfume, sabun atau handbody dan produk bayi. Dalam iklan parfume, sabun dan handbody terdapat ketidakadilan gender dalam bentuk stereotype. Dimana terjadinya pelabelan negatif bagi kaum perempuan. Dalam iklan parfume, seolah – olah perempuan selalu tergila – gila oleh laki – laki yang hanya wangi dan bahkan sampai mengejarnya. Ini menunjukan bahwa perempuan memiliki harga diri yang rendah dan menyepelekan perempuan, karena dengan wewangian saja, perempuan sudah bisa tergila – gila. Dalam iklan sabun atau handbody, perempuan dijadikan komoditas utama dimana sebagian besar produk ditujukan bagi kaum perempuan dan membelikan pelabelan negatif tentang perempuan yang ribet dengan dunia perempuannya. Padahal, perawatan bagi tubuh sama – sama dilakukan oleh kaum perempuan maupun laki – laki.
Baca juga:


Lain halnya dalam iklan produk bayi yang hanya mempergunakan perempuan sebagai objeknya. Dalam kasus ini terjadi ketidakadilan gender bentuk subordinasi, konstruk masyarakat yang telah memisahkan dan memilah – milah peranan gender antara laki – laki dan perempuan. Perempuan dianggap bertanggung jawab dan memiliki peran dalam urusan domestik atau reproduksi, sementara laki – laki dalam urusan publik atau produksi. Iklan dalam produk bayi sebagian besar menunjukan bahwa perempuanlah yang hanya memiliki tanggung jawab atas merawat anak, menjadikan merawat anak adalah sebuah kodrat untuk perempuan bukan untuk tanggung jawab bersama antara perempuan (ibu) dan laki – laki (ayah).


Ketiga, tubuh perempuan telah dieksploitasi dalam iklan, tetapi kita sering tidak menyadari hal itu. Mary Douglas melihat sistem tubuh sebagai suatu sistem simbol. Ia mengatakan “sebagaimana segala sesuatu melambangkan tubuh, demikian tubuh juga adalah simbol bagi segala sesuatu.” Ia membagi tubuh menjadi dua, yaitu the self (individual body) dan the society (the body politics). The body politics membentuk bagaimana tubuh itu secara fisik dirasakan. Pengalaman fisik dari tubuh selalu dimodifikasi oleh kategori-kategori sosial yang sudah diketahui yang terdiri dari pandangan tertentu dari masyarakat. Ada pendapat lain yang mengatakan hal yang sama, yaitu pendapat dari Mike Featherstone yang mengelompokkan pembentukan tubuh atas dua kategori, yaitu “tubuh dalam” dan “tubuh luar”. Yang pertama berpusat pada pembentukan tubuh untuk kepentingan kesehatan dan fungsi maksimal tubuh dalam hubungannya dengan proses penuaan, sementara yang kedua berpusat pada tubuh dalam hubungannya dengan ruang sosial.

Dari pendapat Mary Douglas dan Mike Featherstone di atas, ada “sebagian” tubuh perempuan yang diperuntukkan bagi publik, dan tubuh itu dibentuk berdasarkan kategori-kategori yang telah ada dan nantinya akan mendapatkan pandangan atau penilaian dari masyarakat. Seperti halnya sekarang, perempuan berusaha membentuk tubuhnya menjadi bentuk yang ideal, yaitu langsing, bukan gemuk. Karena ada kategori-kategori yang secara tidak langsung telah ditetapkan dalam masyarakat yang terpengaruh media massa, pembentukan tubuh dan citra ideal itu telah menjadi suatu histeria massa. Para perempuan bersama-sama, berlomba-lomba membentuk tubuhnya agar bisa dikatakan ideal. Kapitalis membuat dan memanfaatkan hal ini dengan baik, produk-produk dan citra ideal perempuan cantik yang ditawarkan lewat iklan laris dikonsumsi orang. Tubuh telah menjadi sebuah simbol, tubuh yang langsing, rambut yang hitam, kulit yang putih mulus adalah simbol kecantikan seorang perempuan.
Baca Juga:

Dapat dilihat bahwa parameter keterkaitan media dan perempuan begitu erat. Media tentu merupakan pihak yang sangat berkepentingan terhadap pengeksposan perempuan untuk bisa di konsumsi khalayak. Jadi eksploitasi seksualitas perempuan dalam iklan komersial merupakan strategi ilusi dan manipulasi yang ditujukan pada khalayak agar tergerak membeli sebuah produk.

0 Response to "3 Alasan Sederhana Perempuan Lebih di Pilih Menjadi Sarana Iklan"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel