-->

Teknik Brainstorming yang WOW Ikuti Pakar Ini

Ketika di bangku kuliah mengenai mata kuliah ada mata kulaih yang menarik yaitu menajemen pemecahan masalah seperti musyawarah mufakat, voting dan salah satu teknik yang pernah dengar adalah teknik brainstorming namun, ketika dijelaskan materinya hasilnya biasa-biasa saja mungkin karena dosen pengajarnya belum ahli dalam teknik ini ataupun sama sekali belum pernah mempraktekan brainstorming yang sesungguhnya alhasil pelajaran yang didapat hambar dan cepat menghilang.
Teknik Brainstorming yang WOW Ikuti Pakar Ini

Lalu bagaimana cara tahap sumbangsaran atau brainstorming yang WOW menurut pakar? 
Berikut merupakan empat tahap sumbangsaran (brainstorming) menurut Pakar J.G. Rawlinson dalam bukunya Berfikir Kreatif & Brainstorming?

Pertama Menjelaskan persoalan
Pemimpin pertemuan sumbangsaran (brainstorming) menjelaskan persoalan yang dihadapi dan menerangkan kepada peserta bagaimana cara ber-partisipasi dalam sumbangsaran tersebut. Pimpinan sebelumnya telah membuat persiapan mencari fakta-fakta tentang persoalan yang dihadapi dan ia harus memberi pengantar kepada para peserta tentang hakekat persoalan tersebut. Kemudian persoalan yang digarap didiskusikan secara singkat agar setiap peserta telah mempunyai pengertian tentang persoalan yang dimaksud.

Kedua Merumuskan kembali persoalan dengan lebih jelas
Merumuskan kembali persoalan dengan lebih jelas dengan sendirinya membuka jalan keluar atau memberi jawaban yang dapat diterima tanpa perlu adanya sumbangsaran seterusnya.
Tiap perumusan kembali persoalan dengan lebih jelas dimulai dengan kata, “Bagaimana kalau. . . . .” ialah untuk menjamin bahwa jalan keluar belum dinyatakan pada tahap ini dan persoalan tersebut telah diuji dari sudut yang berbeda-beda.

Apabila akhirnya dihasilkan 6 rumusan yang lebih jelas, maka pilihlah satu atau dua untuk sumbangsaran, dan tuliskan rumusan persoalan tersebut pada papan tulis atau “Flipchart” supaya dapat dilihat dan dibahas seluruh peserta. Perumusan kembali persoalan tersebut harus dimulai dengan kalimat, “Dengan cara bagaimana kita dapat. . . . .”. Kalimat ini memancing rumusan ide dan jelas keluar dengan cara-cara sederhana dan singkat.

Kemudian mengembangkan salah satu atau beberapa penjelasan tersebut atau mengembangkan ide kreatif
Mengembangkan persoalan yang telah dirumuskan kembali merupakan bagian pokok dari pertemuan di mana diciptakan suasana yang bebas untuk melemparkan ide yang sebanyak-banyaknya. Yang menjadi kunci ukuran bukanlah kualitas, tetapi kuantitas ide-ide tersebut. Ciptakanlah suasana humor, jenaka, bebas, hingga ide yang aneh dapat tercipta dan ide-ide yang agak bebas lainnya sebaiknya terus dirangsang. Para peserta harus merasa bebas ketawa bersama dengan orang pelempar ide aneh, tetapi jangan sekali-kali mentertawakan orangnya.

Selama pertemuan sumbangsaran berlangsung, semua ide yang keluar sebaiknya ditampung dan dituliskan dan dapat dibaca oleh seluruh peserta. Apabila pengeluaran ide mulai mengering pimpinan dapat mengehentikan sidang dan minta beberapa menit untuk diam untuk memungkinkan pengembangan ide seterusnya. Dalam waktu diam ini tidak ada ide yang diajukan, dan dalam kesempatan ini peserta dapat bepikir sendiri dan membaca kembali ide-ide yang tertulis di papan tulis. Setelah beberapa menit berlalu, pimpinan menyilakan memulai sumbangsaran kembali. Duapuluh sampai tigapuluh ide timbul dengan cepat menambah ide sebelumnya. Juga ide-ide ini harus ditulis di papan tulis.

Selain daripada itu selama inkubasi singkat tersebut, pemimpin dapat memikirkan cara baru untuk menciptakan arus ide baru. Dia harus mendorong kuantitas ide, umpamanya, mengatakan hanya diperlukan 10 ide lagi untuk mencapai kuantitas 150. Pimpinan juga harus menyumbangkan ide dan merangsang peserta sedemikian rupa agar lebih berani lagi melempar ide-ide. Apabila kemudian ternyata ide kembali mengering, dia dapat memfokuskan perhatian pada ide yang dianjurkan sebelumnya dan memfomulasikannya dengan cara “Dengan berapa cara kita dapat ide ini?”. Sebelumnya juga, pimpinan pertemuan harus mempunyai persiapan cukup bagaimana mengendalikan pertemuan tersebut, dan dalam hal-hal tertentu menguasai orang yang mengeritik ide atau menghambat kelancaran mengalirnya ide-ide.

Ketiga mengevaluasi ide yang dihasilkan 
Langkah pertama dalam mengevaluasi ialah dengan singkat meneliti daftar ide yang umumnya dapat diterima serta tidak menimbulkan pertentangan pendapat. Dalam pertemuan yang lancar dan cepat, ide-ide tersebut ditulis dan bukan diingat-ingat.

Evaluasi selanjutnya memerlukan penentuan kriteria dan pengelompokkan ide dalam kelompok kecil sehingga dapat dibahas dengan mudah. Paling sedikit diperlukkan 6 kriteria dan ini diurutkan berdasarkan pertimbangan nilai dan pentingnya ide tersebut. Beberapa kriteria bersifat umum dan akan selalu muncul dalam evaluasi sumbangsaran seperti kriteria biaya, apakah dapat diterima, jangka waktu yang diperlukan untuk implementasi, legalitas. Sementara kriteria lain akan muncul sesuai dengan hubungannya pada jenis persoalan.

Setiap ide dimasukkan dalam satu atau beberapa kelompok. Kemudian ide-ide tersebut dievaluasi berdasarkan kelompok ide dan dengan menggunakan kriteria yang telah disepakati sebelumnya.

Kemudian satu atau dua ide yang paling baik dicatat. Untuk memudahkan, ada baiknya dimulai dengan menggunakan pendekatan negatif seperti: menghapuskan atau membuang ide yang tidak memenuhi kriteria. Ide yang masih tersisa seterusnya diuji dengan kriteria dan ide terbaik ditandai dengan khusus. Dalam tahap ini ide paling baik dari seluruh kelompok dapat dikumpulkan atau dicatat dalam Kelompok Ide Terbaik dengan seterusnya memakai kriteria sebelumnya. Dalam hal demikian, ide yang semula berjumlah beratus-ratus ide disaring tinggal menjadi 20 atau 30 saja, dan ide yang menang akan lebih jelas lagi. Dengan cara demikian ide yang tidak praktis akan dihapus dan ide yang paling baik akan ditentukan untuk diuji lebih ketat, termasuk dengan analisa biaya. 

Sumber: 
J.G Rawlinson, Berfikir Kreatif & Brainstorming, Terjemahan B.N. Marbun, SH & Djoerban Wachid, SH, Jakarta : Erlangga, 1983.

https://ernisme.wordpress.com/2012/10/04/brainstorming-part-2/

0 Response to "Teknik Brainstorming yang WOW Ikuti Pakar Ini"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel