Daya Tarik Humor Dalam Periklan Apakah Efektif?
Jumat, 24 November 2017
Add Comment
Pesan iklan yang terbaik
adalah pesan yang mampu membuat konsumen mengerti, tertarik dan yang terpenting
mampu menggambarkan kelebihan produk secara proporsional. Daya tarik pesan seperti
yang diungkapkan oleh M. Suyanto, bhwa ada beberpa daya tarik dari pesan yang
turut menentukan keberhasilan dalam beriklan, diantaranya :
a. Tokoh/selebtiris,
penggunaan figure selebritis amat membantu sebuah produk dalam memperkenalkan
dan mempertahankan penjualan. Selebritis tidak saja dari kalangan artis,
perfilman tetapi juga olahragawan dan entertainer.
b. Rasa takut, daya tarik
ini lebih cenderung untuk memperbaiki motivasi, tindakan pencegahan dan
biasanya diaplikasikan dalan dunia kesehatan.
c. Kesalahan, konsep
kesalahan sebagai salah satu konsep komunikasi untuk menarik perhatian
seseorang terhadap berbagai aktivitasnya yang dianggap lumrah, wajar sehingga
menurutnya benar.
d. Komparatif dengan
perbandingan yang menjanjikan kemajuan atau keuntungan. Komparasi adalah salah
satu cara terbaik dalam memperkenalkan produk serta meningkatkan kesadaran
merek, komparasi yaitu membandingkan produk yang satu dengan pesaing atau
dengan produk lama.
e. Positif/rasional, cara ini menekankan kepada
alasan dasar, manfaat, pengalaman terhadap penggunaan merek. Iklan dengan gaya
rasional menekankan fakta, belajar dan ajakan logis serta jaminan yang dapat
memuaskan konsumen.
f. Emosional atau persamaan
persepsi tentang kebutuhan. Faktor emosional dominan terhadap kebutuhan
psikologis, yaitu tentang kepuasan, kenyamanan dan sebagainya.
g. Humor, dapat menjadi
metode yang efektif untuk menarik perhatian terhadap iklan.
Menggunakan Unsur Humor Dalam Periklan Apakah Efektif?
Humor memang setiap orang
suka humor, tak terkecuali siapapun dia, baik artis, pedagang, karyawan,
pegawai negeri, pejabat bahkan presiden pun suka humor. Terkadang mereka
menggunakan humor saat memberikan reaksi terhadap suatu kondisi atau
menciptakan reaksi yang diinginkan.
Pengiklan menggunakan
menggunakan humor sebagai sarana untuk menciptaklan tujuan agar informasi yang
disampaikan memicu perhatian, mengarahkan konsumen terhadap tuntutan produk,
mempengaruhi sikap, yang pada ahirnya menciptakan perilaku konsumen untuk
membeli atau menggunakan produk.
Mentransformasikan humor ke
dalam sebuah iklan, bukanlah ide yang tanpa tujuan. Seperti halnya banyak kiat
yang sudah dipraktekkan, kiat menyisipkan unsur humor ke dalam iklan memiliki
tujuan memberi daya tarik dari iklan itu sendiri. Akan halnya memasang iklan
yang “humoris” di layar TV, tentu saja untuk memancing perhatian para pemirsa
TV terhadap suatu produk yang ditawarkan.
Humor, untuk sebagian
kalangan praktisi periklanan dipandang memiliki kekuatan mempersuasi calon
konsumen. Selain mengandalkan kelucuan naskah iklannya, tidak jarang para
penggarap iklan memakai seorang pelawak sebagai model iklan. Mereka mempunyai
rumusan bahwa dialog yang dibawakan serta logat sang pelawak akan melahirkan
banyolan-banyolan segar yang merangsang perhatian pemirsa.
Timbul persoalan yang isinya
mempertanyakan kembali, apakah panggunaan unsur humor di dalam pesan iklan akan
mampu meningkatkan hasil dari aktivitas promosi suatu produk tertentu? Atau
malah sebaliknya, humor bisa “mengaburkan“ misi pesan iklan, dimana terjadi
bias perhatian pemirsa yang menjadi target-marketnya. Dengan lain perkataan,
pemirsa menyaksikan iklan lantaran lebih tertarik dengan humornya, dan bukan
karena alasan tertarik pada produk yang diiklankan
Para praktisi periklanan di
Negara Amerika Serikat ternyata banyak yang tidak sepenuhnya percaya terhadap
kekuatan humor di dalam iklan. Mereka beraggapan, humor bisa saja menghibur,
tetapi tidak selalu membantu penjualan barang atau jasa. Boleh jadi, tampilan
iklan di Negara Paman Sam menjadi tidak didominasi unsur -unsur humor. Biro
iklan disana lebih senang memilih sejumlah nama aktris atau aktor dan juga
penyanyi top sebagai model iklannya.
Perusahaan minuman Pepsi,
misalnya, di tahun 1984 memilih Michael Jackson sebagai model iklannya dengan
bayaran US$ 4,5 juta. Kemudian di tahun 1989, Pepsi menandatangani kontrak
iklannya dengan penyanyi top Madonna. Saat itu Madonna memperoleh US$ 5 juta
untuk tampil dalam film iklan Pepsi yang durasinya hanya 2 menit. Ini sekedar
contoh untuk menggambarkan, betapa iklan harus ditebus dengan biaya yang tidak
murah agar penampilannya bisa memancing perhatian calon konsumen.
Namun di dalam bisnis
periklanan, bukan hanya cost yang mahal. Ide-ide untuk tampilan iklan pun
dihargai sangat mahal, karena ia harus muncul dari daya imajinasi dan proses
kreativitas yang tinggi. Tidak hanya itu, ide iklan yang baik hanya bisa
dihasilkan dari kadar intelektual yang memadai, naluri yang tajam serta
pengalaman yang cukup dari para pencipta iklan.
Fungsi iklan adalah untuk
mempertemukan konsumen dengan sesuatu produk. Dan tujuannya tentu saja bukan
untuk menghibur, tetapi untuk memberi informasi kepada khalayak mengenai hal
ikhwal sebuah produk. Walau demikian , bukan berarti iklan tidak boleh
menghibur. Segala lelucon atau dagelan sah -sah saja bila dijadikan “senjata”
dalam usaha menggaet perhatian (to capture attention) calon konsumen.
Dari pemahaman ini, maka
humor harus diperlakukan sebagai “alat” dan bukan merupakan tujuan. Dengan
demikian, unsur humor harus sinkron dan mampu menunjang tercapainya tujuan,
yakni memberi informasi segala hal yang berkaitan dengan produk yang
ditawarkan.
Sifat alamiah manusia (human
nature) selalu ingin merasakan senang, maka elemen efektifnya (sisi perasaan)
lebih berperan. Tidak heran jika perhatian khalayak akan terpusat pada unsur
humor, yang mampu membuat hatinya senang. Ada baiknya kita memikirkan bagaimana
meramu unsur humor di dalam sebuah iklan dengan tidak mengaburkan unsur
informatif dari produk yang ditawarkan. Artinya, kita perlu memperhatikan
takaran menggunakan unsur humor di dalam pesan-pesan iklan.
Berhati-hatilah dalam
menggunakan cara humor sebagai pendekatan. Menurut Max Sutherland iklan lucu
akan mengurangi unsur pesan yang penting, Fokus audience justru akan tertuju
pada “lucunya” dan bukan pada inti pesannya.Kata sutherland lagi, iklan lucu
hanya efektif jika persepsi orand terhadap pesan sudah dianggap positif
Jika takaran humor dipandang
remeh, bukan mustahil akan muncul stimuli yang tidak terkondisikan
(unconditioned stimuli), dimana khalayak tidak lagi dirangsang untuk
mengkonsumsi produk, melainkan hanya dirangsang untuk tertawa. Bahkan khalayak
menertawakan produk tersebut. Jelas ini tidak menguntungkan usaha promosi dari
suatu produk tertentu. Akhirnya, membuat khalayak tertawa dengan memadukan
unsur-unsur humor di dalam iklan boleh saja. Tetapi, jangan sampai khalayak
menertawakan produk yang diiklankan.
Nah ada beberapa hal yang
menjadi pertimbangan pengiklan menggunakan daya tarik humor adalah :
1. Humor lebih cocok diterapkan
pada produk yang sudah dikenal masyarakat, artinya sifat humor pada iklan
diterapkan sebatas untuk mempertahankan produk. Bukan untuk mengenalkan produk
baru.
2. Humor lebih cocok untuk
mempertahankan produk dan bukan memperkenalkan produk.
3. Humor merupakan metode
efektif untuk menarik perhatian, oleh sebab itu humor dipergunakan pada iklan
yang berorientasi pada perasaan.
4. Humor lebih memperdalam
makna menyukai pada iklan atau produk yang diiklankan.
5. Humor merupakan metode yang
efektif untuk menarik perhatian terhadap iklan.
6. Humor menyempurnakan
kesukaan terhadap iklan atau produk yang diiklankan.
7. Humor tidak menimbulkan
keunggulan terhadap non humor dalam meningkatkan persuasi.
8. Humor tidak meningkatkan
kredibilitas dan sifat humor tidak merugikan
secara keseluruhan
Nah, Jadi iklan-iklan yang bagus,
iklan yang berhasil mencapai tujuan kreator, agensi dan kliennya, pasti
tercipta dari kecerdasan imajinasi, daya kreativitas dan kerja keras serta
perencanaan yang matang. Apapun pendekatan daya tarik pesan iklan yang
digunakan haruslah memenuhi fungsi utama iklan, yang menurut Dyer (1982 : 6)
adalah “Menciptakan hasrat yang sebelumnya tidak ada .” Selain itu pesan iklan
tidak meniru iklan yang lainnya. Inilah masalah terbesar industri periklanan
Indonesia yaitu orang-orang periklanan cenderung meniru orang-orang periklanan
lainnya.
Sumber:
M.P MELLY, Daya Tarik Pesan Iklan Humors. Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia. UNIKOM
0 Response to "Daya Tarik Humor Dalam Periklan Apakah Efektif?"
Posting Komentar