3 Hal yang Mempengaruhi Iklan Politik Terhadap Calon Pemilih
Sabtu, 18 November 2017
Add Comment
Iklan politik sebenarnya
mempunyai kesamaan dengan iklan dalam dunia bisnis. Secara pragmatis, keduanya
saling bertaut dan bahkan memiliki target yang sama, yakni didapatnya respons
positif dari publik. Jika dalam dunia industri iklan diproyeksikan untuk peningkatan
profit dari produk yang ditawarkan maka iklan politik bertujuan memperoleh
suara sebanyak mungkin dalam pemilu.
Linda Kaid menjelaskan
"ada tiga pengaruh iklan politik di televisi terhadap para pemilih, yakni
pengetahuan pemilih, persepsi terhadap kontestan, dan preferensi pilihan.”
Pertama ditunjukkan oleh
identifikasi nama kontestan atau kandidat. Untuk identifikasi nama, iklan lebih
efektif dibandingkan komunikasi melalui pemberitaan, khususnya untuk kandidat
atau kontestan baru. Para pemilih juga lebih mudah mengetahui isu-isu spesifik
dan posisi kandidat terhadap isu tertentu melalui iklan dibandingkan dengan
pemberitaan. Pemilih yang tingkat keterlibatannya sedikit dalam kampanye lebih
terpengaruh oleh iklan politik.
Kedua adalah efek pada
evaluasi kandidat atau kontestan. Iklan politik televisi memberi dampak
signifikan terhadap tingkat kesukaan terhadap kontestan atau kandidat,
khususnya terhadap policy serta kualitas kandidat yang meliputi kualitas
instrumental, dimensi simbolis dan karakter verbal dan nonverbal. Dampak
tersebut bisa negatif dan bisa pula positif. Tingkat pengaruh tersebut
tergantung pada konsep kreatif, eksekusi produksi, dan penempatan iklan politik
tersebut.
Ketiga adalah
preferensi pilihan. Berbagai
studi eksperimental menunjukkan,
iklan politik mempunyai pengaruh terhadap preferensi pilihan, khususnya bagi
pemilih yang menetapkan pilihan pada saat-saat terakhir. Variabel penting yang
mempengaruhi preferensi tersebut adalah formasi citra dan tingkat awareness
para pemilih terhadap kontestan. Pemilih yang keteriibatannya dalam dunia
politik rendah lebih
mudah dipengaruhi oleh iklan
politik dibandingkan pemilih yang keterlibatannya lebih tinggi.
Nursal menambah dan menjelaskan beberapa
tahap respon pemilih terhadap stimulasi iklan politik antara lain
1. Awareness, yaitu jika
seseorang dapat mengingat atau menyadari bahwa pihak tertentu merupakan
kontestan Pemilu. Dengan jumlah
kontestan Pemilu yang banyak,
membangun awareness cukup sulit dilakukan, khususnya bagi partai-partai
baru. Seperti sudah menjadi hukum besi political marketing, secara umum para
pemilih tidak akan menghabiskan waktu dan energinya untuk menghapal nama-nama
kontestan tersebut. Namun yang pasti, pemilih tidak akan memilih kontestan yang
tidak memiliki brand awareness.
2. Knowledge, yaitu ketika
seorang pemilih mengetahui beberapa unsur penting mengenai produk kontestan
tersebut, baik substansi maupun presentasi. Unsur-unsur itu akan
diinterpretasikan sehingga membentuk makna politis tertentu dalam pikiran
pemilih. Dalam pemasaran
produk komersial, tahap ini disebut juga sebagai tahap pembentuk brand
association dan perceived quality.
3. Liking, yaitu tahap di mana seorang pemilih menyukai kontestan tertentu karena satu atau lebih makna politis yang
terbentuk di pikirannya sesuai dengan aspirasinya.
4. Preference, tahap di mana pemilih menganggap bahwa satu atau
beberapa makna politis yang terbentuk sebagai interpretasi terhadap produk
politik sebuah kontestan tidak dapat dihasilkan secara lebih memuaskan oleh
kontestan lainnya. Dengan demikian, pemilih tersebut memiliki kecenderungan
unluk memilih kontestan tersebut.
5. Conviction, pemilih
tersebut sampai pada keyakinan untuk memilih kontestan tertentu.
Nah, 3 Hal yang Mempengaruhi Iklan Politik Terhadap Calon Pemilih
0 Response to "3 Hal yang Mempengaruhi Iklan Politik Terhadap Calon Pemilih"
Posting Komentar