-->

Benahi Perkara Ini! Agar Media Periklanan Konvesional Tidak Cepat Dungkar


Tim pengelola media konvensional semakin menghadapi jalan terjal. Melakukan business shifting pun tidak gampang namun mutlak mesti dilakukan. Para pemimpin bisnis media konvensional wajib mengerjakan monitoring secara terus menerus terhadap pergerakan pasar dan pertumbuhan titik-titik baru komunikasi pemasaran. Salah satu urusan yang dapat dilakukan ialah optimalisasi terhadap jaringan dan kesempatan-kesempatan (networks and opportunities) penjualan. Jika masih terpaku untuk pola penjualan yang lama tanpa menawarkan peluang dan benefit yang signifikan terhadap brand sudah tentu tidak laku. Bisnis media konvensional tampak laksana matahari yang mulai terbenam di ufuk barat dan sayangnya belum pasti akan hadir kembali di ufuk timur. Kegamangan pengelola media konvensional dalam menghadapi pertarungan dengan media digital bakal terus terjadi.
Benahi Perkara Ini! Agar Media Periklanan Konvesional Tidak Cepat Dungkar

Dilansir Advertising-Indonesia.id, terdapat tiga urusan yang kelihatannya masih bakal terus terjadi pada level manajemen dan operasional teknis media konvensional:
(1) Ketidakmampuan konten dalam mengawal audiens yang terus berubah dan semakin kritis;
(2) Kelemahan kesebelasan penjualan space dalam mengartikulasikan kekuatan media konvensional yang mereka jual;
(3) Pola hubungan bisnis berbasis kepercayan dan loyalitas kelihatannya sudah semakin tidak unik sebab pengiklan pada akhirnya bakal memilih media yang menyerahkan tingkat ROI (Return of Investment) tertinggi.

1. Keterbatasan dalam Brand Values
Kemampuan media konvensional dalam membina komponen brand, unsur brand dan ekuitas brand dinilai semakin tidak signifikan termasuk keterampilan media konvensional dalam membina brand engagement (trial dan experiential) yang sudah semenjak lama dipertanyakan semua pengiklan. Kecepatan media digital dalam mengantarkan pesan mengenai elemen brand sampai mendorong terjadinya transaksi dirasakan sudah terbukti bahkan conversion level dan ROI media digital dinilai paling terukur (measurable).

2. Pola Hubungan Sederhana
Pola hubungan bisnis yang di bina di sepanjang sejarah penjualan space iklan media konvensional lebih untuk proses interaksi berbasis hubungan saling percaya sampai kemudian berkembang menjadi hubungan informal. Kemudian, pola transaksional yang dilandaskan untuk kesepakatan harga berupa diskon, bonus dan penyertaan cash-back atau media commission dinyatakan sangat dominan. Namun masanya sudah tiba dimana pola ini memudar bahkan berbalik merugikan media konvensional saat media-media digital mulai mengisi lansekap media dalam skala yang terus meluas seolah tidak terbatas. Media digital bukan hanya merebut audiens dalam jumlah besar namun mengindikasikan kedigdayaannya dalam urusan data, informasi, dan communication feedback. Media konvensional jelas kelabakan menghadapi tuntutan dan pergeseran pola hubungan yang ketika ini lebih berbasis metric sebagaimana ditawarkan media-media digital. Kebiasaan berargumentasi yang tidak terstruktur menciptakan AE-AE media konvensional tidak dapat meyakinkan semua pengiklan bahwa media konvensional masih paling efektif untuk dipakai sebagai media iklan.

3. Era Fragmentasi Audiens
Para empunya media konvensional seolah tidak mampu terbit dari kondisi pasar media yang semakin kompleks. Jumlah dan aneka media digital terus bertambah dengan signifikan sekaligus memfragmentasi audiens sampai ke pengertian yang paling tajam. Di sisi lain, potensi audiens media konvensional terus menurun tajam tergolong minat konsumsi audiens kumpulan usia muda yang semakin menurun terhadap isi media-media konvensional. Bentuk-bentuk komunikasi brand yang paling kreatif dan interaktif yang ditawarkan media digital dengan segera memindahkan perhatian pada pengiklan dan secara perlahan tetapi pasti mulai memindahkan budget komunikasi brand dari media konvensional ke digital.

4. Persoalan Pengukuran
Sudah semenjak lama semua pengiklan mempunyai pertanyaan yang kritis terhadap efektifitas media konvensional sebagai media komunikasi brand atau media iklan. Hal ini bermula dari sulitnya meyakinkan jumlah audience yang benar-benar diterpa iklan atau audience impression ketika sebuah iklan dipasang di halaman media cetak atau space iklan media-media elektronik. Kemudian berlanjut untuk sulitnya mengukur efek iklan segera (immediate advertisement effect) yang terjadi segera sesudah audiens menyaksikan iklan di media konvensional. Sayangnya, pada ketika masih paling berjaya, media-media konvensional tampak paling jarang menyajikan data hasil pengukuran efektifitas media mereka di sekian banyak  media profile atau media kit yang mereka miliki. Mereka begitu yakin bahwa pengiklan tidak memiliki tidak sedikit pilihan media yang dapat digunakan sampai-sampai tanpa data yang lengkappun mereka berani ‘berjualan’. Para pengiklan terlihat pasrah dan menerima data-data serta informasi yang tampilannya lumayan sederhana yang ditawarkan media-media konvensional sekitar berpuluh tahun. Bahkan, pada masa kejayaan media konvensional, paling sulit mengejar AE atau perwakilan media yang menguasai data-data mengenai pengukuran efek iklan dan dengan piawai memaparkannya dihadapan semua pengiklan.

0 Response to "Benahi Perkara Ini! Agar Media Periklanan Konvesional Tidak Cepat Dungkar"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel