Benahi Perkara Ini! Agar Media Periklanan Konvesional Tidak Cepat Dungkar
Kamis, 13 September 2018
Add Comment
Tim pengelola media
konvensional semakin menghadapi jalan terjal. Melakukan business shifting pun
tidak gampang namun mutlak mesti dilakukan. Para pemimpin bisnis media
konvensional wajib mengerjakan monitoring secara terus menerus terhadap
pergerakan pasar dan pertumbuhan titik-titik baru komunikasi pemasaran. Salah
satu urusan yang dapat dilakukan ialah optimalisasi terhadap jaringan dan
kesempatan-kesempatan (networks and opportunities) penjualan. Jika masih
terpaku untuk pola penjualan yang lama tanpa menawarkan peluang dan benefit
yang signifikan terhadap brand sudah tentu tidak laku. Bisnis media
konvensional tampak laksana matahari yang mulai terbenam di ufuk barat dan
sayangnya belum pasti akan hadir kembali di ufuk timur. Kegamangan pengelola
media konvensional dalam menghadapi pertarungan dengan media digital bakal
terus terjadi.
Dilansir
Advertising-Indonesia.id, terdapat tiga urusan yang kelihatannya masih bakal
terus terjadi pada level manajemen dan operasional teknis media konvensional:
(1) Ketidakmampuan
konten dalam mengawal audiens yang terus berubah dan semakin kritis;
(2) Kelemahan
kesebelasan penjualan space dalam mengartikulasikan kekuatan media konvensional
yang mereka jual;
(3) Pola hubungan bisnis
berbasis kepercayan dan loyalitas kelihatannya sudah semakin tidak unik sebab
pengiklan pada akhirnya bakal memilih media yang menyerahkan tingkat ROI
(Return of Investment) tertinggi.
1. Keterbatasan dalam
Brand Values
Kemampuan media
konvensional dalam membina komponen brand, unsur brand dan ekuitas brand
dinilai semakin tidak signifikan termasuk keterampilan media konvensional dalam
membina brand engagement (trial dan experiential) yang sudah semenjak lama
dipertanyakan semua pengiklan. Kecepatan media digital dalam mengantarkan pesan
mengenai elemen brand sampai mendorong terjadinya transaksi dirasakan sudah
terbukti bahkan conversion level dan ROI media digital dinilai paling terukur
(measurable).
2. Pola Hubungan
Sederhana
Pola hubungan bisnis
yang di bina di sepanjang sejarah penjualan space iklan media konvensional
lebih untuk proses interaksi berbasis hubungan saling percaya sampai kemudian
berkembang menjadi hubungan informal. Kemudian, pola transaksional yang
dilandaskan untuk kesepakatan harga berupa diskon, bonus dan penyertaan
cash-back atau media commission dinyatakan sangat dominan. Namun masanya sudah
tiba dimana pola ini memudar bahkan berbalik merugikan media konvensional saat
media-media digital mulai mengisi lansekap media dalam skala yang terus meluas
seolah tidak terbatas. Media digital bukan hanya merebut audiens dalam jumlah
besar namun mengindikasikan kedigdayaannya dalam urusan data, informasi, dan
communication feedback. Media konvensional jelas kelabakan menghadapi tuntutan
dan pergeseran pola hubungan yang ketika ini lebih berbasis metric sebagaimana
ditawarkan media-media digital. Kebiasaan berargumentasi yang tidak terstruktur
menciptakan AE-AE media konvensional tidak dapat meyakinkan semua pengiklan
bahwa media konvensional masih paling efektif untuk dipakai sebagai media
iklan.
3. Era Fragmentasi
Audiens
Para empunya media
konvensional seolah tidak mampu terbit dari kondisi pasar media yang semakin
kompleks. Jumlah dan aneka media digital terus bertambah dengan signifikan
sekaligus memfragmentasi audiens sampai ke pengertian yang paling tajam. Di
sisi lain, potensi audiens media konvensional terus menurun tajam tergolong
minat konsumsi audiens kumpulan usia muda yang semakin menurun terhadap isi
media-media konvensional. Bentuk-bentuk komunikasi brand yang paling kreatif
dan interaktif yang ditawarkan media digital dengan segera memindahkan
perhatian pada pengiklan dan secara perlahan tetapi pasti mulai memindahkan
budget komunikasi brand dari media konvensional ke digital.
4. Persoalan Pengukuran
Sudah semenjak lama
semua pengiklan mempunyai pertanyaan yang kritis terhadap efektifitas media
konvensional sebagai media komunikasi brand atau media iklan. Hal ini bermula
dari sulitnya meyakinkan jumlah audience yang benar-benar diterpa iklan atau
audience impression ketika sebuah iklan dipasang di halaman media cetak atau
space iklan media-media elektronik. Kemudian berlanjut untuk sulitnya mengukur
efek iklan segera (immediate advertisement effect) yang terjadi segera sesudah
audiens menyaksikan iklan di media konvensional. Sayangnya, pada ketika masih
paling berjaya, media-media konvensional tampak paling jarang menyajikan data
hasil pengukuran efektifitas media mereka di sekian banyak media profile atau media kit yang mereka
miliki. Mereka begitu yakin bahwa pengiklan tidak memiliki tidak sedikit
pilihan media yang dapat digunakan sampai-sampai tanpa data yang lengkappun
mereka berani ‘berjualan’. Para pengiklan terlihat pasrah dan menerima
data-data serta informasi yang tampilannya lumayan sederhana yang ditawarkan
media-media konvensional sekitar berpuluh tahun. Bahkan, pada masa kejayaan
media konvensional, paling sulit mengejar AE atau perwakilan media yang
menguasai data-data mengenai pengukuran efek iklan dan dengan piawai
memaparkannya dihadapan semua pengiklan.
0 Response to "Benahi Perkara Ini! Agar Media Periklanan Konvesional Tidak Cepat Dungkar"
Posting Komentar